Saatterjadi sumpah pemuda, Indonesia masih dijajah oleh negara . sumpah pemuda DRAFT. 9th grade. 5 times. History. 41% average accuracy. 3 days ago. ayudeviya4_39114. 0. Save. Edit. menjadi sebuah peristiwa sejarah yang sudah berlalu. pengikat dan pemersatu bangsa di tengah perbedaan yang ada.
- Peristiwa Sumpah Pemuda pada 1928 menjadi salah satu bagian penting dalam sejarah kelahiran ide persatuan untuk kemerdekaan Republik Indonesia. Sumpah Pemuda lahir di Kongres Pemuda II yang diselenggarakan pada 28 Oktober 1928. Latar belakang peristiwa Sumpah Pemuda pada 1928 adalah kemunculan banyak organisasi baru berbasis kepemudaan di Indonesia pada awal dekade 1920-an. Namun, mayoritas organisasi itu masih mengikatkan identitas pada unsur kedaerahan atau antara organisasi pemuda yang populer pada masa itu ialah Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Borneo, Jong Islamieten Bond, dan lain-lain. Lalu muncul gagasan untuk merajut komunikasi di antara banyak organisasi pemuda itu. Pada dekade 1920-an ini, kesadaran akan pentingnya persatuan sebagai sesama bangsa Indonesia pun mulai tumbuh. Ide kemerdekaan juga mulai menjalar di kepala para aktivis organisasi pemuda yang kebanyakan merupakan kaum terpelajar. Mereka melek huruf, punya wawasan modern, serta tahu bahwa penjajahan Belanda adalah akar keterbelakangan dan kemiskinan Bangsa Indonesia. Kronologis Peristiwa Sumpah Pemuda pada 1928 Gagasan untuk menggelar pertemuan antara organisasi-organisasi pemuda semakin menguat pada pertengahan dasawarsa 1920-an. Dalam buku Sumpah Pemuda Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional 2008 karya Momon Abdul Rahman Dkk, tercatat bahwa salah seorang tokoh pemuda yang getol mendorong pertemuan itu adalah Mohammad Tabrani. Tabrani yang kelahiran Madura saat itu merupakan aktivis Jong Java Bandung dan Batavia. Kelak, mengutip catatan dalam buku Seabad Pers Kebangsaan 1907-2007 2007388, Tabrani menjadi pendiri Partai Ra'jat Indonesia pada 1930. Dia pun dikenal sebagai tokoh jurnalis lewat aktivitasnya di Majalah Ra' Abdul Rahman Dkk menulis, Tabrani yang menjadi wartawan muda di Koran Hindia Baroe, menginisiasi Konferensi Organisasi Pemuda Nasional Pertama pada 15 November 1925 di Gedung Lux Orientis Jakarta. Konferensi ini dihadiri oleh perwakilan dari Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Pelajar Minahasa, Sekar Roekoen, dan sejumlah peserta konferensi tersebut memutuskan rencana penyelenggaraan Kongres Pemuda I pada 30 April - 2 Mei 1926. Dari Kongres Pemuda I tersebut, muncul kesepahaman para pemuda akan pentingnya persatuan di Indonesia untuk melawan penjajahan Belanda. Kongres Pemuda I menyatukan pendapat para wakil organisasi pemuda bahwa faktor utama yang bisa menyatukan Bangsa Indonesia adalah bahasa. Di Kongres ini, Muhammad Yamin mengusulkan bahasa Jawa dan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Namun, akhirnya mayoritas peserta Kongres Pemuda I sepakat, bahasa Melayu sebagai dasar bagi bahasa Indonesia. Bahasa-bahasa daerah lain di nusantara bisa memperkaya bahasa persatuan juga Sejarah Lirik Lagu Indonesia Raya dalam Hari Sumpah Pemuda Pengaruh Sumpah Pemuda bagi Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI Selanjutnya diadakan lagi pertemuan pada 15 Agustus 1926 yang dihadiri oleh berbagai organisasi pemuda dan Komite Kongres Pemuda I. Melalui pertemuan itu, lahir ide pembentukan badan untuk menyatukan oerganisa-organisasi pemuda, yakni Jong Indonesia. Anggaran dasar Jong Indonesia disahkan pada 30 Agustus seperti dicatat Marwati Djoened Poesponegoro dalam Sejarah nasional Indonesia Edisi V Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Indonesia 2008, perhimpunan itu tidak berjalan sesuai harapan. Karena itu, Algemene Studie Club di Bandung membentuk perkumpulan bertujuan dan bernama sama, Jong Indonesia pada 20 Februari 1927. Perbedaan perhimpunan baru ini dengan versi sebelumnya, hanya di susunan organisasinya. Jong Indonesia ini digawangi sejumlah pelajar di Bandung dan kelak berubah nama menjadi Pemoeda Indonesia. Organisasi baru itu semula dipimpin Soegiono ketua, Semawi wakil ketua, Moeljadi sekretaris, Soepangkat bendahara. Mereka adalah pelajar yang rutin berdiskusi dengan 3 tokoh Algemene Studie Club, yaitu Mr. Sartono, Mr. Soenario, dan Mr. Boediono. Sementara itu, pada bulan September 1926, terbentuk juga perkumpulan para pelajar di Indonesia yang diberi nama Perhimpunan Pelajar-Pelajar di Indonesia PPPI. Organisasi ini yang melanjutkan ide penyatuan organisasi-organisasi pemuda melalui waktu dua tahun untuk merajut komunikasi di antara banyak organisasi pemuda dan pelajar sebelum ide Kongres Pemuda II mengkristal. Para aktivis PPPI menjadi pelopor ide pentingnya fusi organisasi-organisasi pemuda melalui penyelenggaraan Kongres Pemuda II. Akhirnya, PPPI menginisiasi pertemuan yang melibatkan wakil sejumlah organisasi pemuda pada 3 Mei 1928 dan 12 Agustus 1928. Pertemuan yang berlangsung di gedung Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat 106, Weltevreden Jakarta itu melahirkan kesepakatan tentang waktu, tempat, dan sumber biaya kongres yang berasal dari patungan 7 organisasi peserta. Selain itu, disepakati pembentukan panitia Kongres Pemuda II. Adapun susunan panitia Kongres Pemuda II sebagai berikut-Ketua Soegondo Djojopoespito PPPI-Wakil Ketua R. M. Djoko Marsaid Jong Java-Sekretaris Muhammad Yamin Jong Sumatranen Bond -Bendahara Amir Sjarifuddin Jong Bataks Bond-Pembantu I Djohan Mohammad Tjai Jong Islamieten Bond-Pembantu II R. Katjasoengkana Pemoeda Indonesia-Pembantu III R. C. L. Senduk Jong Celebes-Pembantu IV Johannes Leimena Jong Ambon-Pembantu V Mohamad Rocjani Soe'oed Pemoeda Kaoem Betawi.Panitia tersebut kemudian merencanakan Kongres Pemuda II selama 1 hari 2 malam di tanggal 27-28 Oktober 1928. Atas usulan PPPI, kongres digelar di 3 tempat berbeda. Ketiga tempat itu dipakai untuk 3 agenda sidang dalam kongres. Fajriudin Muttaqin dan Wahyu Iryana dalam buku Sejarah Pergerakan Nasional 2015 mencatat 3 tempat Kongres Pemuda II adalah1. Gedung Katholieke Jongenlingen Bond di Waterlooplein kini Lapangan Banteng Jakarta2. Gedung Oost Java Bioscoop di Koningsplein Noord kini Jl Medan Merdeka Utara No. 14 Jakarta3. Gedung Indonesische Clubgebouw kini Jalan Kramat Raya 106 Jakarta.Baca juga Lirik Lagu Indonesia Raya 3 Stanza, Makna, dan Sejarah Penciptanya Contoh Teks Pidato Tentang Sumpah Pemuda Sidang Kongres Pemuda II yang pertama digelar pada Sabtu malam, 27 Oktober 1928 di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond. Sidang ini dimulai selama pukul hingga Setelah rapat dibuka oleh ketua panitia kongres, Soegondo Djojopoespito, sejumlah perwakilan organisasi lantas menyampaikan pidatonya. Di sidang pertama, salah satu yang naik podium adalah Muhammad Yamin dengan pidato berjudul Persatuan dan Kesatuan. Di pidato ini, Yamin menyerukan pentingnya persatuan guna membangun kebangsaan Indonesia. Dia meyakini persatuan Bangsa Indonesia bakal kokoh karena masyarakat di nusantara punya kesamaan kultur, bahasa, hingga hukum adat. Pidato Yamin lantas menjadi bahan diskusi peserta sidang. Di antara yang memberikan tanggapan atas pidato Yamin ialah Kartosoewirjo. Momon Abdul Rahman Dkk menulis, Kartosoewirjo memberi usulan agar bahasa Indonesia mesti menjadi penghubung dalam persatuan para pemuda. Menurut dia, hal itu penting bagi terwujudnya pergerakan nasional. Sidang Kongres Pemuda II yang kedua kemudian dilanjutkan di Gedung Oost Java Bioscoop pada Minggu pagi, 28 Oktober 1928. Berlangsung selama pukul sidang kedua ini berfokus membahas upaya memajukan pendidikan di Indonesia Hindia Belanda. Salah seorang pembicara yang semula akan hadir ialah Ki Hajar Dewantara, tapi pendiri Taman Siswa itu batal gagasan tentang pendidikan dalam sidang kedua menunjukkan kemajuan berpikir para pemuda Indonesia kala itu. Di antara mereka termasuk beberapa peserta perempuan. Poernamawoelan, misalnya, menyampaikan pidato yang mengkritik pendidikan kala itu sebab lebih cenderung menakut-nakuti anak. Dia menganjurkan pendidikan demokratis yang mendorong anak merdeka. Pembicara lain, Abdoellah Sigit menekankan budaya membaca, organisasi dan semangat kebangsaan untuk mendukung pendidikan di sekolah. Dia pun mengkritik kultur masyarakat yang masih membedakan derajat laki-laki dan sidang ketiga atau penutup dalam Kongres Pemuda II diselenggarakan di Indonesische Clubgebouw pada Minggu malam, 28 Oktober 1928. Dimulai sekitar pukul sidang ketiga ini diikuti oleh ratusan peserta. Meskipun diawali pidato tentang gerakan kepanduan yang disampaikan oleh Ramelan dari Sarekat Islam, pembicara lain menyoroti topik nasionalisme dan kebangsaan. Mr. Sartono dan Mr. Soenario merupakan dua pembicara yang menyuarakan pentingnya nasionalisme dan persatuan juga Sejarah Bahasa Indonesia, Sebelum dan Sesudah Indonesia Merdeka Siapa Pembaca Teks Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928? Saat tiba waktu istirahat di tengah rapat ketiga, Wage Rudolf Soepratman menghadap pada ketua kongres, Soegondo Djojopoespito. Setelah menaruh kotak biolanya di lantai, seturut catatan dalam buku Sumpah Pemuda Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional 2008, dia lalu menyerahkan kertas berisi notasi dan syair lagu Indonesia Raya. WR Soepratman meminta izin untuk memperdengarkan lagu ciptaannya itu. Panitia lalu memberi izin. Namun, karena ada desakan petugas pemerintah kolonial Belanda yang mengawasi kongres, WR Soepratman hanya boleh memperdengarkan lagu itu dengan biola, tanpa disertai syairnya. Di penghujung acara, sebelum putusan Kongres Pemuda II dibacakan, dia memperdengarkan lagu Indonesia Raya di depan para peserta kongres. Kongres lalu ditutup dengan pembacaan putusan, dan ikrar Sumpah Pemuda. Isi Sumpah Pemuda dan Putusan Kongres Pemuda II Kongres Pemuda II menghasilkan 6 putusan yang sempat dibacakan di depan para peserta yang berdiri untuk memberikan penghormatan. Daftar keputusan Kongres Pemuda II adalaha. Menjunjung bahasa Indonesiab. Perasaan dan kemauan persatuan bangsa Indonesia cuma satuc. Putra dan putri Indonesia mengakui tanah tumpah darah Indonesia dan bersetiad. Bahasa Indonesia wajib dipakai dalam perkumpulan dan pergaulan anak Indonesia karena dalam kongres itu juga bisa dipakai buat mengeluarkan perasaan kebangsaane. Memperhatikan dasar-dasar persatuan yang teguh, karena persatuan itu didasarkan atas hukum nasional, budaya, history, dan bahasa yang samaf. Menyiarkan rasa kebangsaan dan persatuan itu pada berbagai pers sedunia. Seusai 6 putusan Kongres Pemuda II dibacakan, para pemuda yang menghadiri sidang penutupan itu lantas mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda. Pembacaan ikrar itu dipimpin oleh Raden Soerjadi, perwakilan organisasi Sekar Roekoen. Isi Sumpah Pemuda adalah sebagai berikut1. PertamaKami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. 2. KeduaKami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. 3. KetigaKami putra dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. - Pendidikan Kontributor Muhammad Iqbal IskandarPenulis Muhammad Iqbal IskandarEditor Addi M Idhom
kapankah peristiwa sumpah pemuda terjadi? BA. Borusara A. 29 Maret 2020 07:41. Pertanyaan. kapan kah peristiwa sumpah pemuda terjadi? 5. 6. Jawaban terverifikasi. RN. R. Nugroho. Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Yogyakarta. 14 Februari 2022 12:20.JAKARTA, - Hari Sumpah Pemuda selalu diperangti pada tanggal 28 Oktober setiap tahun sebagai momentum bersatunya para pemuda. Sumpah Pemuda dinilai menjadi momen kunci dalam perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan. Sumpah Pemuda adalah hasil dari Kongres Pemuda II yang digelar pada 27-28 Oktober 1928, 92 tahun yang lalu, begini bunyinyaPertama Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kedua Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia Ketiga Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Baca juga Jokowi Minta Hari Sumpah Pemuda Jadi Momen Bersatu Hadapi Covid-19 Para pemuda kerap memegang peran penting dalam sejarah Indonesia, sebut saja peristiwa Rengasdengklok di mana para pemuda 'menculik' Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, hingga gerakan Reformasi yang dimotori kelompok mahasiswa dan berhasil mengakhiri kekuasaan Orde Baru. Namun, tahukan Anda bahwa gerakan pemuda itu telah dimulai jauh sebelum peristiwa Sumpah Pemuda? Tri Koro Dharmo Pergerakan Pemuda sebetulnya sudah ada 13 tahun sebelum Sumpah Pemuda. Dilansir dari buku Indonesia dalam Arus Sejarah 2013, terdapat sebuah perkumpulan pelajar bernama Tri Koro Dharmo yang berdiri pada 7 Maret 1915. Tri Koro Dharmo beranggotakan para pelajar bumiputra yang berasal dari perguruan dan sekolah-sekolah yang ada di Jawa. Baca juga Demo di Hari Sumpah Pemuda, Massa Aksi Bacakan Sumpah Buruh Tolak Omnibus Law Secara bahasa, Tri Koro Daharmo bermakna tiga tujuan mulia sakti, bukti, bakti. Organisasi itu menginginkan sebuah perubahan dari cara pandang pemuda akan kondisi yang terjadi di Indonesia. Seiring waktu berjalan, Tri Koro Dharmo berubah nama menjadi Jong Java agar keanggotaan organisasi itu dapat lebih luas, seluruh pelajar dari Jawa, Madura, Bali, dan Lombok pun bisa bergabung. Baca juga Peringatan Sumpah Pemuda, Wakil Ketua KPK Korupsi adalah Musuh Bersama Mereka kemudian menggelar berbagai kongres untuk menyempurnakan dan menyebarkan pentingnya peran pemuda ke banyak kalangan. Kegiatan organisasi itu menyasar pada pemberantasan buta huruf agar pemuda bisa bebas melihat dunia Indonesia Sebelum Tri Koro Dharmo berdiri, sebetulnya sudah ada perkumpulan pemuda lainnya yaitu Perhimpunan Indonesia. Beberapa tokoh yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia antara lain Tjipto Mangoenkoesoemo, Soewardi Soerjaningrat Ki Hajar Dewantara, Sutan Sjahrir, dan Mohammad Hatta. Namun, Perhimpunan Indonesia yang dibentuk pada 1908 belum menunjukkan peran aktifnya di Indonesia karena hanya sebatas perkumpulan mahasiswa yang belajar di Belanda. Baca juga Peringatan Sumpah Pemuda, Wapres Ingin Pemuda Berperan Aktif Atasi Pandemi Covid-19 Organisasi itu baru mulai bergerak setelah para mahasiswa Perhimpunan Indonesia kembali ke Indonesia. Mereka mulai menyadari akan tujuan bersama dan mengurangi perpecahan yang disebabkan perbedaan suku bangsa dan agama. Kongres Pemuda Buku 45 Tahun Sumpah Pemuda 1974 yang diterbitkan oleh Museum Sumpah Pemuda menyebutkan banyak perkumpulan pemuda kedaerahan yang muncul setelah berdirinya Tri Koro Dharmo atau Jong Java. Selain Perhimpunan Indonesia, terdapat pula Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia PPPI dan masih banyak lainnya. Baca juga Peringatan Ke-92 Sumpah Pemuda, Wapres Harap Jadi Inspirasi dan Energi Mereka merasa membutuhkan dukungan untuk bisa bersatu demi kemerdekaan. Muncul inisiatif untuk bisa menggabungkan dari para perhimpunan pemuda ke dalam sebuah musyawarah besar yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda. Kongres Pemuda I diselenggarakan pada 30 April hingga 2 Mei 1926. Namun, kongres tersebut belum bisa menyatukan persatuan karena masih kuatnya ego kedaerahan. Mereka pun menyadari bahwa ego kedaerahan tersebut akan mempersulit Indonesia untuk bersatu dan berjuang melawan penjajahan. Akhirnya, pada 27-28 Oktober 1928, para pemuda kembali berkumpul untuk menggelaar Kongres Pemuda II. Baca juga Lurah di Jakarta Diimbau Adakan Kegiatan Kepemudaan untuk Peringati Hari Sumpah Pemuda Kongres Pemuda II itu menghasilkan sebuah kesepakatan bersama akan pentingnya persatuan pemuda. Deklarasi pun dilakukan dan kelak dikenal dengan nama "Sumpah Pemuda". Istilah "Sumpah Pemuda" itu pun tidak muncul dalam putusan kongres melainkan diberikan setelahnya. Adapun Hari Sumpah Pemuda yang jatuh tiap 28 Oktober ditetapkan pada masa Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden Nomor 315 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. SumpahPemuda adalah suatu peristiwa yang menjadi bukti nyata akan peran para pemuda dan perjuangan mereka dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Peristiwa itu dilakukan oleh para pemuda pemudi di Indonesia dengan menyatakan ikrar satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia untuk menegaskan akan terjadinya kemerdekaan Republik Indonesia.
Jakarta - Sumpah pemuda merupakan momen penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Momen tersebut menjadi penanda komitmen tegas untuk arah perjuangan bangsa, yang diikrarkan oleh para pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Isi teks sumpah pemuda itu sangat menarik untuk kita gali peran pemuda Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan, tentu harus dimaknai oleh suatu bangsa. Alhasil dengan adanya peritiwa bersejarah itu, maka setiap tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai "Hari Sumpah Pemuda".Nah, detikers sudah tahu belum isi teks sumpah pemuda yang diikrarkan oleh para pemuda bangsa? kalau belum, simak isi teksnya di bawah ini ya!"Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.""Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yanng satu, bangsa Indonesia.""Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia."Seperti dikutip dari e-modul Kemendikbud "Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Paket A Setara SD/MI Kelas VI" karya Suci Fajar Rizky, tiga ikrar teks sumpah pemuda tersebut, memiliki makna dalam persatuan pertama bertanah air satu, "Tanah air Indonesia", hal ini menunjukan tentang semangat persatuan yang tinggi para pemuda dalam untuk memperjuangkan ikatan bangsa kedua yang menyatakan berbangsa yang satu, "Bangsa Indonesia". Satu Menggambarkan makna dari semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang artinya, berbeda-beda tapi tetap adalah banyaknya keberagaman agama, budaya, adat istiadat, dan suku yang ada, namun tetap menjadi satu kesatuan dalam ikatan Bangsa ketiga yang menyatakan menjunjung bahasa persatuan, "Bahasa Indonesia". Menandakan bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempersatukan bangsa. Seperti diketahui bangsa kita memiliki suku dengan bahasa daerah yang sangat beragam. Dengan adanya Bahasa Indonesia, dapat menjadi alat komunikasi dalam Sumpah PemudaBerikut merupakan sejarah dari sumpah pemuda, bersumber dari buku "Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan" karya Lukman Surya Saputra, Ida Rohayani, dan semangat pemuda bangsa Indonesia ini ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo 1908, yang mendorong munculnya berbagai organisasi pemuda lainya seperti Trikoro DharMmo TK 1915 kemudia TK berubah nama menjadi Jong Java 1918, Jong Sumateranen 1917, Jong Ambon 1918, Jong Minahasa 1918, Jong Celebes 1919, Sekar Rukun 1919, Jong Bataks Bond 1925, dan Jong Betawi 1927.Berbagai organisasi pemuda di atas, kemudian mengadakan kongres pemuda. Tujuan diadakannya kongres pemuda Indonesia adalah untuk memajukan paham pemersatu bangsa dan mempererat hubungan antara pemuda dengan bangsanya. Kongres pemuda ini lah yang mendorong lahirnya Sumpah Pemuda I 1926Kongres pemuda I diselenggarakan di Yogyakarta, dalam kongres ini pemuda berhasil merumuskan dasar-dasar keputusan, dalam dua kesepakatan itu antara laina. Cita-cita semua pemuda Indonesia, untuk memerdekakan Perkumpulan pemuda dijadikan upaya untuk mengumpulkan persatuan organisasi pemuda dalam satu Pemuda II 1928Kongres pemuda II digagas oleh oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia PPPI, dan dihadiri oleh berbagai wakil dari organisasi pemuda II ini diselenggarakan dalam tiga sesi di tiga tempat berbeda, diantaranyaRapat pertama diselenggarakan pada 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond KJB. Ketua PPPI Sugondo Djojopoespito, dalam sambutannya mengungkapkan harapan dengan adanya kongres ini, dapat memperkuat semangat persatuan para pemuda. Setelah itu, dilanjutkan dengan uraian dari Moehammad Yamin, yang menyebutkan lima faktor yang bisa memperkuat hubungan persatuan pemuda Indonesia, yakni sejarah, bahasa, hukum adat-istiadat, pendidikan, dan kedua diselenggarakan pada 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop. Rapat kedua diisi oleh Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, dengan memfokuskan bahasan mengenai masalah pendidikan. Rapat ini menegaskan bahwa setiap anak haruslah mendapat pendidikan kebangsaan, dan juga didikan secara ketiga, diselenggarakan di Gedung Indonesische Clubgebouw. Rapat ini diisi oleh Sunario sebagai pembicara, yang menjelaskan tentang pentingnya nasionalisme dan merupakan nama-nama panitia dari acara rapat kongres pemuda Ketua Soegondo Djojopoespito PPPI Wakil Ketua Djoko Marsaid Jong Java Sekretaris Moehammad Yamin Jong Sumateranen Bond Bendahara Amir Sjarifuddin Jong Bataks Bond Pembantu Djohan Mohammad Tjai Jong Islamieten Bond, R. Katja Soengkana Pemoeda Indonesia, Senduk Jong Celebes, Johanes Leimena Jong Ambon, dan Rochjani Soe'oed Pemoeda Kaoem BetawiRumusan isi teks Sumpah Pemuda ditulis oleh Moehammad Yamin, dan pada momen Sumpah Pemuda juga, untuk pertama kalinya lagu kebangsaan Indonesia Raya karya Supratman, diperdengarkan dan dipublikasikan dalam surat kabar Sin itu tadi penjelasan tentang isi teks Sumpah Pemuda lengkap dengan makna dan sejarahnya. Semoga bisa membangkitkan semangat persatuan bangsa detikers ya! Simak Video "Rayakan Sumpah Pemuda dengan Tanam Terumbu" [GambasVideo 20detik] pal/pal
Meskipunsudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda. Masa kemerdekaanterjawab • terverifikasi oleh ahli Meskipun peristiwa sumpah pemuda sudah lama berlalu tetapi suka mengingat nilainya terus suka memberitahu pada teman selalu merawat bukunya​ JawabanBnilai nilainya harus diterapkanPenjelasandari sejarah sumpah pemuda banyak pelajaran yang dapat kita ambil seperti bersatu, kerja sama, musyawarah, yang dapat kita terapkan nilai nilainya dalam kehidupan sehari hari Jawabanb. nilai nilainya terus diterapkan maaf kalo salah Semuaorang pastinya pernah mengalami peristiwa yang begitu penting. Dan susah dilupakan. Apakah itu peristiwa perayaan ulang tahun, pindah rumah, lulus kuliah dengan nilai coumload, dan sebagainya.Misalkan lagi memperingati hari Kemerdekaan Indonesia, Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, Hari Guru, dan lain-lain.
Oleh Batara Hutagalung, Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Sejarah FKMPS Pengantar Selama puluhan tahun rakyat Indonesia percaya bahwa pada 28 Oktober 1928 para pemuda pribumi yang tergabung dalam berbagai organisasi-organisasi di wilayah jajahan Belanda mengucapkan “Sumpah Pemuda”. Apabila diteliti lebih mendalam terlihat bahwa pada 28 Oktober 1928 tidak ada yang dinamakan “Sumpah Pemuda.” Penamaan ini merupakan rekayasa di tahun 1950-an. Di buku-buku sejarah untuk sekolah-sekolah dan penulisan-penulisan mengenai sejarah yang beredar di masyarakat luas terdapat sangat banyak kesalahan, rekayasa, manipulasi, pemalsuan penulisan sejarah dan bahkan pemalsuan sejarah, yaitu mengarang suatu peristiwa yang sebenarnya tidak ada. Juga di buku pedoman/ panduan Kurikulum 2013 Revisi 2017 yang dikeluarkan oleh Kemendikbud masih terdapat banyak kesalahan. Penulisan mengenai sejarah yang paling banyak salah, bahkan kesalahan fatal dan menyesatkan, adalah buku Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang diterbitkan oleh MPR RI. Masyarakat perlu mengetahui bahwa rencana anggaran yang akan dikeluarkan oleh negara untuk sosialisasi Empat Pilar MPR tahun 2020 mencapai 1 triliun rupiah. Artinya negara mengeluarkan dana 1 triliun rupiah untuk menyebar-luaskan tulisan sejarah yang salah. Walaupun hal ini sudah disampaikan melalui Surat Terbuka kepada ketua MPR RI 2019-2024 dan ke banyak anggota DPR/MPR RI serta penyelenggara negara, tetapi tidak ada satu pun yang bereaksi. Kelihatannya para wakil rakyat tidak berminat untuk meluruskan penulisan sejarah yang salah, yang telah mereka sebar luaskan dengan anggaran yang sangat besar dari negara. Mengenai rekayasa hasil Kerapatan Pemuda Indonesia II yang kemudian disebut sebagai “Sumpah Pemuda”, beberapa sejarawan sebenarnya sudah sejak lama menulis atau menyampaikan adanya rekayasa tersebut. Bahkan ada sejarawan yang menulis bahwa “Sumpah Pemuda” adalah kebohongan besar. Namun, karena masyarakat Indonesia sejak puluhan tahun percaya hasil rekayasa ini, sangat sulit untuk mengubah pendapat umum tersebut. Hal ini sama seperti mitos-mitos atau kebohongan atau kekeliruan lain yang selama puluhan tahun telah beredar dan melekat dalam ingatan kolektif masyarakat. Dalam beberapa tulisan terdahulu, sudah saya kemukakan bahwa yang dibahas dalam Kongres Pemuda II hanyalah menyelesaikan perbedaan pendapat antara M Tabrani Suryowicitro dan Muhammad Yamin, dalam Kongres Pemuda I mengenai nama bahasa yang akan digunakan menjadi bahasa persatuan. Sedangkan, mengenai satu nusa dan satu bangsa Indonesia telah disepakati bersama. Tujuan Diselenggarakannya Kongres Pemuda I dan II Di awal abad 20 di wilayah jajahan Belanda, semua organisasi baik untuk umum maupun untuk para pemuda, masih bersifat kedaerahan, atau yang berasal dari satu pulau atau berdasarkan kesamaan agama. Organisasi-organisasi tersebut Budi Utomo, Tri Koro Darmo, Jong pemuda Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Bataksche Bond, Jong Ambon, Jong Celebes Sulawesi, Jong Minahasa, Sekar Roekoen organisasi pemuda Sunda, Pemoeda Kaoem Betawi, dll. Juga berdasarkan agama, seperti Jong Islamieten Bond Islam, Indonesische Christen Jongeren Kristen Protestan dan Katholieke Jongelingen Bond Kristen Katholik. Tujuan didirikannya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908 adalah untuk membantu putra-putra bangsawan Jawa dari golongan rendahan untuk memperoleh pendidikan. Demikian juga organisasi pemudanya, Tri Koro Darmo dan Jong Java, hanya untuk para pemuda dari Jawa dan Madura. Tujuan Jong Java adalah mendirikan Jawa Raya yang mencakup Bali dan Lombok. Demikian juga dengan tujuan didirikannya organisasi-organisasi pemuda pribumi lain yang masih bersifat etnis atau agama, yaitu hanya untuk kegiatan-kegiatan sosial, saling membantu dengan dasar etnisitas atau agama. Organisasi-organisasi tersebut tidak dapat dinamakan sebagai gerakan nasional bangsa Indonesia karena bangsa nation Indonesia belum ada, bangsa Indonesia sebagai entitas politik baru ada sejak tanggal 17 Agustus 1945. Satu-satunya organisasi pemuda pribumi yang didirikan oleh pemuda-pemuda yang berasal dari berbagai daerah di wilayah jajahan Belanda adalah Indische Vereeniging Perhimpunan India, yang didirikan di Belanda tahun 1908. Pada waktu itu, jajahan Belanda di Asia Tenggara dinamakan Nederlands Indie India Belanda dan penduduknya oleh orang Belanda hanya disebut sebagai Indier orang India. Sebutan ini sangat menyesatkan, karena tidak dibedakan namanya antara India jajahan Inggris dan India jajahan Belanda. Hanya dalam bahasa Inggris jajahan-jajahan tersebut dinamakan British East India dan Netherlands East India. Tujuan didirikannya Indische Vereeniging semula juga hanya untuk kegiatan-kegiatan sosial dan saling membantu. Pada 25 Desember 1912 Suwardi Suryaningrat Ki Hajar Dewantoro, Cipto Mangunkusumo dan Ernest FE Douwes Dekker Danudirja Setiabudhi mendirikan partai politik pertama yang dinamakan Indische Partij Partai India. Indische Partij hanya berusia beberapa bulan karena tidak mendapat izin dari pemerintah kolonial. Karena sikap mereka yang radikal dan dianggap mengganggu ketenteraman masyarakat, ketiga tokoh tersebut diasingkan ke Belanda tahun 1913. Di Belanda, Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo masuk menjadi anggota Indische Vereeniging. Suwardi Suryaningrat bahkan kemudian menjadi ketua Indische Vereeniging. Sejak itu, Indische Vereeniging bersifat politis dengan tujuan untuk membebaskan diri dari penjajahan. Para tokoh pergerakan melawan penjajahan Belanda, baik yang berada di Nederlands Indie maupun yang berada di Eropa, termasuk di Belanda, menyadari bahwa mereka berasal dari berbagai etnis yang berbeda kebudayaan, bahasa, dan agama. Oleh karena itu mereka melihat bahwa untuk melawan penjajah, mereka harus membangkitkan kesadaran semua etnis agar bersatu. Para pemuda yang berada di Belanda telah terlebih dahulu bernaung di organisasi yang tidak bersifat kedaerahan atau keagamaan. Pemikiran-pemikiran dan pergerakan para pemuda/mahasiswa pribumi dari Nederlands-Indie India Belanda yang belajar di Eropa, terutama di Belanda, sangat berpengaruh terhadap pergerakan pemuda-pemudi pribumi di Nederlands Indie. Sejak awal tahun 1920-an, nama INDONESIA diperkenalkan kepada tokoh-tokoh dan para pemuda pribumi di Nederlands Indie. Himbauan ini disambut baik oleh banyak anggota dari beberapa organisasi pemuda tersebut. Banyak di antara mereka sudah saling mengenal, karena mereka menempuh pendidikan di sekolah yang sama, atau tinggal di tempat kos/asrama yang sama, sehingga hampir setiap hari bertemu dan berdiskusi. Pertemuan-pertemuan dan tempat mereka berdiskusi adalah di Indonesische Clubgebouw Gedung Perkumpulan India di Jl Kramat 106, tempat mereka kos dan menyewa ruangan, atau ngobrol tentang politik di Gang Rijkman dan Fromberg Park, dll. Para pemuda pribumi tersebut sepakat untuk menyelenggarakan pertemuan guna mempersatukan organisasi-organisasi pemuda pribumi di seluruh wilayah jajahan Belanda, yang waktu itu masih berdasarkan etnis, berasal dari pulau yang sama atau berdasarkan kesamaan agama. Inilah tujuan utama diselenggarakannya Kongres Pemuda I dan II. Susunan Acara Kongres Pemuda II Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia I Pertemuan besar informal dari para pemuda pribumi yang pertama, diselenggarakan tanggal 15 November 1925 di gedung Lux Orientis, Batavia sekarang Jakarta. Hadir secara pribadi belum sebagai wakil organisasi pemuda-pemuda dari Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Ambon, Pelajar Minahasa, Sekar Roekoen dan beberapa peminat perorangan. Gedung De Ster in het Oosten Bintang Timur. Tempat penyelenggaraan Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I. Sekarang menjadi Kantor Pusat Kimia Farma, di Jl Budi Utomo No 1 Dengan suara bulat dibentuk satu panitia untuk menyelenggarakan pertemuan dari berbagai organisasi pemuda yang masih bersifat kedaerahan dan keagamaan tersebut. Tujuannya, sebagaimana dituturkan oleh M. Tabrani Suryowicitro, Ketua Panitia Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I “Menggugah semangat kerja sama di antara bermacam-macam organisasi pemuda di Tanah Air kita, supaya dapat diwujudkan dasar pokok untuk lahirnya persatuan Indonesia di tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia.” Susunan Panitia Ketua Mohammad Tabrani Soerjowitjitro Wakil Ketua Sumarto Sekretaris Djamaluddin Kemudian dikenal sebagai Adi Negoro Bendahara Suwarso. Anggota Panitia lain adalah Bahder Djohan, Jan Toule Soulehuwij, Paul Pinontoan, Hamami, Sanusi Pane dan Sarbaini. Panitia yang diketuai oleh Mohammad Tabrani mengundang para anggota dari organisasi-organisasi pemuda untuk menghadiri pertemuan yang waktu itu dalam bahasa Melayu dinamakan Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I. Dalam bahasa Belanda dinamakan Het eerste indonesische Jeugd Congres. Kerapatan tersebut diselenggarakan di Gedung De Ster in het Oosten Bintang Timur milik Perkumpulan Vrijmetselaarij Freemason, Batavia dari tanggal 30 April-2 Mei 1926. Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I kemudian disebut sebagai Kongres Pemuda I. Ket Foto Mohammad Tabrani Soerjowitjitro Dalam Kerapatan Besar Pemuda Indonesia I, hadir anggota-anggota dari Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Bataksche Bond, Jong Islamieten Bond, Studierenden Minahasaers dan Sekar Roekoen. Status peserta masih sebagai pribadi. Hadir juga Wage Rudolf Supratman, wartawan dari Harian Sin Po. Pertemuan besar pertama dari para pemuda-pemudi pribumi di wilayah jajahan Belanda membahas masalah Persatuan, Peran Perempuan, Peran Agama dan pentingnya Bahasa Persatuan, dalam rangka mencapai persatuan. Pada waktu itu tidak semua peserta fasih berbahasa Melayu, sehingga semua pembicara menggunakan bahasa Belanda. Pembahasan juga dilakukan dalam bahasa Belanda. Demikian juga hasil-hasil kerapatan diterbitkan dalam bahasa Belanda dengan judul Verslag van het Eerste Indonesisch Jeugdcongres, Gehouden te Weltevreden van 30 April tot 2 Mei 1926 Laporan Kongres Pertama Pemuda Indonesia, diselenggarakan di Weltevreden dari tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926. Laporan lengkap yang diterbitkan oleh Panitia Kongres disita dan dimusnahkan oleh penguasa Belanda. Untung sebelum menyampaikan laporan tersebut, Tabrani diam-diam membuat dua salinan laporan. Satu diberikan kepada redaksi majalah mingguan, dan satu salinan disampaikan ke Museum Pusat di Batavia. Sangat disayangkan, laporan hasil Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I baru diterjemahkan ke bahasa Indonesia tahun 1981. Dalam sambutan pembukaan Kerapatan, Tabrani mengatakan “Bagaimana kita memajukan pertumbuhan Semangat Persatuan Nasional dengan menghindari segala sesuatu yang dapat mencerai-beraikan kita. Maka panitia memilih acara-acara yang mengandung unsur-unsur pemersatu dan menjauhkan diri dari benih-benih perpecahan.” Tabrani menutup sambutannya dengan kata-kata ”Mengakhiri pidato saya, saya amat mengharapkan, supaya kongres ini menyuarakan generasi muda sekarang yang nantinya terpanggil untuk bekerja, berkarya, berjuang dan meninggal untuk Kemerdekaan Nusa dan Bangsa. Rakyat di seluruh kepulauan Indonesia, bersatulah!” Demikianlah yang diucapkan oleh seorang pemuda berusia 22 tahun, pada 30 April 1926. Salah satu pidato yang sangat penting disampaikan oleh pemuda Sumarto, Ketua Jong Java. Dia mengatakan “Semangat persatuan Indonesia pada pokoknya bersumber kepada semangat kemerdekaan. Ia mengandung cita-cita untuk mencapai Negara Kesatuan Indonesia yang merdeka. Indonesia karenanya adalah pengertian politik, berbeda dengan Indonesia dalam pengertian bukan politik. Secara etnologisch, philologisch, dan geografisch. Indonesia mengandung arti yang lebih luas. Karenanya dapat dimengerti bahwa sebutan itu tidak dapat memuaskan banyak orang. Bahkan menimbulkan pendapat bahwa Indonesia itu hanya impian atau khayalan belaka. Namun, mereka yang berpendapat demikian berbuat suatu kesalahan karena tidak dapat membedakan antara politik dan ilmu. Indonesia menurut pendapat saya harus diartikan secara politis. Dr Ratulangi dalam Kongres Al-Indie di Bandung menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Indonesia ialah daerah di Asia dan Australia yang terkenal dengan nama Hindia Belanda. Berhubung dengan ini, orang Indonesia ialah yang tergolong PRIBUMI INDONESIA.” Kalimat terakhir ini merujuk kepada Peraturan Pemerintah kolonial Regeringsreglement tahun 1920 yang membagi penduduk menjadi tiga golongan strata sosial dan hukum, yaitu 1. Europeanen bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Jepang disetarakan dengan bangsa Eropa. 2. Vreemde Oosterlingen Timur asing, yaitu bangsa Cina dan bangsa Arab, 3. Inlander Pribumi. Tahun 1926, Peraturan Pemerintah tersebut dikukuhkan menjadi Peraturan Negara Staatsregeling. Perlu diketahui, bahwa selama ratusan tahun, dari tahun 1640-1862, di wilayah jajahan Belanda resmi diberlakukan Undang-Undang Perbudakan. Pribumi leluhur bangsa Indonesia diperjualbelikan sebagai BUDAK DI NEGERI SENDIRI. Pada waktu itu, salah satu ukuran kekayaan seseorang adalah jumlah budak yang dimilikinya. Sampai tanggal 9 Maret 1942, yaitu tanggal menyerahnya pemerintah Nederlands Indie India Belanda kepada Jepang di Kalijati, di depan gedung-gedung mewah, hotel-hotel mewah, tempat pemandian umum elit, terpasang plakat dengan tulisan VERBODEN VOOR HONDEN EN INLANDER, artinga TERLARANG UNTUK ANGJING DAN PRIBUMI. Pribumi yang berada di dalam gedung-gedung/hotel-hotel mewah tersebut hanyalah para jongos. Setelah ratusan tahun diperjualbelikan sebagai budak di negeri sendiri, pribumi “naik tingkat” menjadi JONGOS DI NEGERI SENDIRI. Ket Foto Buku yang terbit di Belanda dengan judul "Verboden voor honden en inlander", artinya "TERLARANG UNTUK ANJING DAN PRIBUMI." Diskriminasi rasial dan pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM yang sangat biadab ini juga menjadi salah-satu penyebab yang membangkitkan semangat pribumi untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hal ini juga menjadi dasar dalam menyusun Undang-Undang Dasar yang dilakukan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan BPUPK bulan Mei/Juni dan Juli 1945. Rancangan Undang-Undang Dasar ini disahkan pada 18 Agustus 1945. Lihat Pasal 6 Ayat 1 UUD ’45 asli, dan Pasal 26 Ayat 1 UUD ’45. Sebagai penutup pidatonya, Sumarto mengatakan “Jika pada penutup uraian saya ini ditanyakan kepada saya, apakah kemauan saya dan apakah yang sepenuhnya terkandung dalam hati saya, maka jawab saya ialah Pemuda Indonesia bangunlah menuju persatuan, bangkitlah menuju indonesia merdeka!” Dapat dikatakan, bahwa Kongres Pemuda Indonesia I adalah jawaban terhadap Peraturan Pemerintah Kolonial yang sangat diskriminatif, yang menempatkan pribumi, pemilik negeri yang sesungguhnya, menjadi penduduk kelas tiga, menjadi golongan strata sosial dan hukum yang terrendah, Mengenai peranan wanita, tiga pembicara menyampaikan pandangannya, yaitu Nona Stientje Ticoalu-Adam asal Minahasa yang menyampaikan mengenai kedudukan wanita di Minahasa, Djaksodipuro menyampaikan mengenai hukum adat di Solo yang dikenal dengan sebutan “rapak-lumuh,” dan Bahder Djohan. Dalam Kerapatan pemuda pertama tersebut juga dibahas mengenai peran agama untuk mencapai persatuan. Paul Pinontoan, pemuda asal Minahasa, menyerukan saling pengertian tolerantie di antara pemeluk bermacam-macam agama dan kepercayaan di seluruh Indonesia demi untuk memperkuat gerakan persatuan nasional. Selain hal-hal tersebut di atas, juga dibahas masalah bahasa Persatuan. Disadari bahwa diperlukan satu bahasa persatuan sebagai pengganti bahasa Belanda. Tabrani adalah orang pertama yang mengusulkan digunakannya nama bahasa Indonesia untuk bahasa Melayu. Sedangkan, Mohammad Yamin 1903-1962 mengajukan usul agar menetapkan bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan, tetap dengan nama BAHASA MELAYU. Bahasa Melayu telah menjadi lingua franca, bahasa pengantar dalam perdagangan dan komunikasi antar etnis/bangsa di kawasan Asia Tenggara sejak ratusan tahun. Sehubungan dengan hal ini, Tabrani menulis “Menurut Mohammad Yamin, hanya dua bahasa, yaitu Jawa dan Melayu, yang mengandung harapan menjadi bahasa persatuan. Namun, menurut keyakinannya bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan bagi rakyat Indonesia. Kebudayaan Indonesia di masa depan akan diutarakan dalam bahasa tersebut .... ... sekitar pidato saudara Yamin ini mungkin ada faedahnya disajikan sesuatu yang hanya diketahui oleh tiga pemuda ketika itu yaitu saudara Yamin sendiri, saudara Djamaludin dan saya. Soalnya, saya tidak setuju, jika berdasarkan uraian saudara Yamin itu walaupun saya menyetujui seluruh pidatonya Kongres lantas akan mengambil keputusan, bahasa Melayulah yang akan dijadikan bahasa persatuan. Jalan pikiran saya ialah tujuan kita besama yaitu SATU NUSA, SATU BANGSA, SATU BAHASA. Kalau Nusa itu bernama Indonesia, Bangsa itu bernama Indonesia, maka bahasanya harus disebut BAHASA INDONESIA, dan bukan Bahasa Melayu, walaupun unsur-unsur bahasa Melayu mendasari Bahasa Indonesia itu. Saudara-saudara Yamin dan Djamaludin memahami dan menghargai dan menyetujui jalan pikiran saya, SEHINGGA PENGAMBILAN PUTUSAN TENTANG NAMA BAHASA PERSATUAN DITUNDA DAN HENDAKNYA DIKEMUKAKAN DALAM KONGRES PEMUDA KEDUA.” Demikian penjelasan M Tabrani, Ketua Panitia Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia I. Dari keterangan M Tabrani dalam buku 45 Tahun Sumpah Pemuda terlihat jelas bahwa embrio gagasan “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa” telah disampaikan dalam Kerapatan Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia I. Namun karena masih ada beberapa kendala, belum tercapainya kesepakatan, maka gagasan tersebut dicetuskan dan disetujui dalam Kerapatan Kongres Pemuda II. Keterangan Foto Djamaluddin Adinegoro Dalam Kongres Pemuda I juga belum tercapai kesepakatan untuk melakukan fusi peleburan berbagai organisasi yang masih berdasarkan etnis dan agama, karena masih banyak yang mempertahankan azas kedaerahannya. Salahsatu terobosan besar adalah disepakati pentingnya suatu bahasa persatuan. Kongres Pemuda I menghasilkan kesepakatan untuk menjadikan bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan, yang kemudian diterima sebagai salahsatu butir resolusi dalam Kongres Pemuda II dengan nama Bahasa Indonesia. Keterangan foto Muhammad Yamin Keberhasilan lain dari kerapatan pemuda-pemudi Indonesia pertama ini adalah didirikannya dua organisasi pemuda yang tidak lagi bersifat kedaerahan atau keagamaan. Setelah usai kerapatan, pada bulan September 1926 didirikan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia PPPIdan kemudian pada 20 Februari 1927 didirikan Jong Indonesia. Dalam kongres pertama Jong Indonesia di Bandung tanggal 28 Desember 1927, nama Jong Indonesia resmi diganti menjadi Pemuda Indonesia. Kedua organisasi ini ikut menjadi motor penyelenggaraan kerapatan pemuda-pemudi Indonesia II Kongres Pemuda II. Bukan hanya sebagai pendahulu Kongres Pemuda II, hasil-hasil yang dicapai dalam Kongres Pemuda I dan pembahasan-pembahasan sesudah Kerapatan Pemuda I, sangat penting dalam mata-rantai proses pembangunan Bangsa dan Negara Bangsa Indonesia serta menetapkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan. Oleh karena itu, Kongres Pemuda Indonesia I harus merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan Kongres Pemuda Indonesia II. Peletakan dasar menetapkan Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia, yaitu Bahasa Persatuan Bangsa Indonesia, ada di Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I Kongres Pemuda I. Pada akhir tahun 1926, dua tokoh yang berperan dalam Kerapatan I, yaitu M Tabrani dan Djamaludin melanjutkan pendidikan jurnalistik di Jerman. Tabrani kembali ke Nederlands-Indië tahun 1931, sehingga tidak dapat menghadiri Kerapatan II. Dalam pertemuan pada 23 April 1927 disepakati untuk menyelenggarakan Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia II. Putusan Kongres Pemuda II Merupakan Pematangan Hasil Kongres Pemuda I. Pada awal bulan Oktober 1928 dibentuk Panitia Penyelenggara Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia II. Susunan Panitia Kongres Pemuda II Ketua Sugondo Joyopuspito PPPI Wakil Ketua Joko Marsaid Jong Java Sekretaris Muhammad Yamin Jong Sumateranen Bond Bendahara Amir Syarifuddin Harahap Jong Bataksche Bond Sebagaimana telah ditulis di atas bahwa Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia II merupakan rapat umum yang terbuka untuk semua yang berminat hadir. Hal ini mengakibatkan membeludaknya masyarakat yang menghadiri ketiga sidang yang diselenggarakan selama dua hari, jumlah yang hadir mencapai sekitar 700 orang. Namun, yang resmi tercatat sebagai peserta sidang sekitar 80 orang yang berasal dari 9 organisasi pemuda pribumi. Dalam tiga persidangan selama dua hari, disampaikan pidato-pidato mengenai persatuan, baik dari kalangan pemuda maupun dari kalangan senior. Sebagaimana telah ditulis di atas, Mohammad Tabrani, tokoh yang berperan dalam kerapatan pertama tidak hadir, karena melanjutkan pendidikan jurnalistik di Jerman kemudian di Belanda. Namun, gagasannya mengenai “menciptakan” bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu, dibahas dalam kerapatan II. M Yamin, yang dalam Kerapatan Pemuda I masih bersikukuh agar bahasa Melayu ditetapkan menjadi Bahasa Persatuan tetap dengan nama bahasa Melayu, akhirnya menyetujui bahwa nama Bahasa Persatuan bukan bahasa Melayu, melainkan bahasa Indonesia. Pada dasarnya, Kerapatan Pemuda II hanya menyempurnakan hasil dari Kerapatan Pemuda I dan beberapa pertemuan besar setelah Kerapatan Pemuda I serta belasan kali diskusi yang intensif di antara para pemuda dari organisasi-organisasi, baik yang terlibat dalam Kerapatan Pemuda I, maupun organisasi-organisasi yang dibentuk setelah Kerapatan Pemuda I. Gagasan membentuk bangsa Indonesia dan mendirikan Negara Bangsa Nation State Indonesia, serta akan menggunakan Bahasa Indonesia, sebagai bahasa persatuan, dirumuskan dalam resolusi sebagai Putusan Kongres Pemuda II. Resolusi tersebut dibacakan oleh Ketua Sidang Sugondo Joyopuspito pada sidang ketiga, sidang terakhir tanggal 28 Oktober 1928. Menurut sejarawan JJ Rizal, sesuai dengan bukti yang ia dapat melalui Harian Sinpo, naskah asli hasil Putusan Kongres Pemuda-pemuda Indonesia berbunyi sebagai berikut 1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertanah air Indonesia. 2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa Indonesia. 3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa, bahasa Indonesia. Pada sesi terakhir kongres, ketika Mr. Sunario sedang berpidato, M. Yamin menyodorkan secarik kertas kepada Soegondo dan berbisik kepada Soegondo ”Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie” Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini, Kemudian Soegondo membubuhi paraf ”setuju” pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk ”paraf setuju” juga. Teks tersebut dibacakan oleh Soegondo. Teks Putusan Kongres Pemuda – pemuda Indonesia yang ditulis oleh M Yamin adalah sebagai berikut 1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. 2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. 3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Resolusi tersebut dibacakan oleh Ketua Sidang, Sugondo Joyopuspito dan diterima oleh sidang, menjadi Putusan Kongres. Tidak ada pembacaan Ikrar atau “Sumpah Pemuda.” Mengenai kesalahpahaman terhadap hasil Kongres Pemuda II, Sugondo Joyopuspito, mantan Ketua Panitia/Ketua Sidang, dalam buku “45 Tahun Sumpah Pemuda” yang diterbitkan tahun 1973 oleh Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah Jakarta, menjelaskan “Sebagian besar dari hadirin adalah khalayak ramai. Di antara khalayak ramai itu hadir juga para undangan, yaitu wakil perkumpulan-perkumpulan pemuda, parpol, ormas, dan orang-orang terkemuka. Hadir pula untuk menjalankan tugas dinas pegawai PID Politieke Inlichtingen Dienst dan pegawai Kantoor voor Inlandse Zaken kantor ini membuat laporan kepada Gubernur Jenderal; laporannya sering membela orang Indonesia dan berbeda dengan laporan PID; kepala kantor ini antara lain ialah Dr Hazen, Gobee dan van der Plas. Panitia Kongres Pemuda II adalah sebuah panitia yang dibentuk oleh sidang terakhir sidang-sidang ini sudah dimulai dalam tahun 1927 dan sidang terakhir diadakan pada awal bulan Oktober 1928 dari para utusan Pengurus Besar Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Indonesia Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, jong Batak, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemuda Kaum Betawi dengan Ketua Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia. Panitia itu diberi tugas untuk mengadakan rapat umum. Dalam rapat umum itu supaya diadakan pidato-pidato tentang soal yang memperkuat persatuan. Panitia itu ditugaskan untuk merumuskan resolusi yang menganjurkan persatuan dan pemakaian bahasa Indonesia di kalangan pemuda. Panitia ini disebut Panitia Kongres Pemuda II oleh karena di tahun 1926 sudah pernah ada Panitia Kongres Pemuda I, yang diketuai oleh Moh Tabrani dan yang terdiri dari pemuda-pemuda anggota berbagai organisasi pemuda, tetapi bukan utusan dari Pengurus Besar organisasi-organisasi itu. Anggapan bahwa rapat-rapat umum pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 itu adalah rapat kongres pemuda-pemuda dari seluruh Indonesia disebabkan oleh beberapa hal. Sebab pertama ialah penyiaran resolusi oleh sekretarisnya, yang berjudul Poetoesan Congres Pemoeda Indonesia. Dan resolusi itu dibuka dengan kata-kata “Kerapatan pemuda-pemoeda Indonesia yang diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan pemuda Indonesia ..... memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928...” Resolusi itu memberi kesan kepada orang yang tidak menghadiri rapat-rapat umum tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 itu seolah-olah pada hari tesebut di atas para pemuda mengadakan rapat kongres. Moh Yamin waktu itu masih muda, baru satu tahun menjadi mahasiswa Rechts Hoge School. Dan anggota panitia lainnya lebih muda lagi, kecuali Djokomarsaid yang sudah pernah menjadi mantri polisi. Dan sudah menjadi watak orang muda suka memakai perkataan-perkataan yang muluk. Sebab itu judul dan kata-kata resolusi yang disusun oleh Yamin lebih mengutamakan effect daripada kebenaran. Lagipula pemuda Yamin mempunyai aspirasi menjadi sastrawan. Seorang sastrawan itu dalam pandangannya memang lebih dipimpin oleh imajinasi daripada oleh kenyataan. Begitulah Yamin dalam pidatonya di rapat umum yang pertama tentang “Persatuan dan Kebangsaan Indonesia” berkata, bahwa ia merasa gembira berbicara di muka persidangan itu, karena para yang hadir datang dari seluruh Indonesia, seolah-olah orang-orang yang hadir dalam rapat umum itu baru datang kemarin dengan “kapal terbang” dari Ambon, Manado, Kotaraja, Padang, Denpasar, Yogya dan lain-lain tempat dari seluruh Indonesia. Seterusnya dalam pidato Yamin melukiskan imajinasinya dengan kata-kata, bahwa persatuan dan Kebangsaaan Indonesia ialah hasil fikiran dan kemauan sejarah yang sudah beratus-ratus tahun umurnya. Semangat yang selama ini masih tidur, sekarang telah bangun dan sadar, dan inilah yang dinamakan Roh Indonesia. Briljant kata beberapa orang muda. Bombast kata orang dewasa yang lebih suka mendengarkan kata-kata yang sederhana.” Demikianlah penjelasan dari Sugondo Joyopuspito, Ketua Panitia Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia II Kongres Pemuda II. Dari keterangan initerlihat, bahwa yang dirancang adalah rapat umum yang terbuka untuk masyarakat luas. Jadi di dalam Kerapatan Pemuda II tidak dilakukan pembahasan-pembahasan yang mendalam. Panitia Kerapatan ditugaskan untuk merumuskan resolusi, yang sudah dibahas sejak Kerapatan Pemuda I tahun 1926. Poster ini dibuat bukan oleh Panitia Kongres, karena ada beberapa kesalahan 1. Nama Jong Ambon tidak dicantumkan, 2. Penulisan Jong Batak seharusnya Jong Bataksche Bond. 3..Tempat penyelenggaraan di Batavia. Nama Jakarta baru digunakan mulai tanggal 8 Agustus 1942, yaitu di masa pendudukan tentara Jepang. PENUTUP Dari penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh para pelaku sejarah, terutama kedua Ketua Panitia Kerapatan Pemuda dan tokoh-tokoh yang menyelenggarakan Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia yang pertama dan kedua terlihat, bahwa selama ini cukup banyak kekeliruan dalam karangan-karangan mengenai kedua pertemuan besar organisasi-organisasi pemuda pribumi. Kesalahan-kesalahan karangan mengenai Kerapatan pertama disebabkan karena para pengarang kelihatannya belum membaca hasil laporan Kerapatan pertama. Hal ini terjadi karena laporan hasil kerapatan pertama dalam bahasa Belanda, baru diterjemahkan ke Bahasa Indonesia tahun 1981. Misalnya dalam buku karangan Drs. Mardanus Safwan, Peranan Gedung Kramat Raya No. 106 dalam melahirkan Sumpah Pemuda yang diterbitkan tahun 1973, mengenai Kongres Pemuda Indonesia Pertama terdapat beberapa kesalahan. M. Tabrani, Ketua Panitia Kongres Pemuda I menulis, bahwa dalam daftar bacaan buku tersebut, tidak dijumpai Laporan Hasil Kongres Pemuda Indonesia I. Apabila membaca karangan-karangan mengenai Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I, dan Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia II terlihat, bahwa karangan Mardanus Safwan ini menjadi rujukan/referensi. Kalau rujukan rujukannya salah, maka jelas karangan-karangan berikutnya yang menggunakan rujukan tersebut dipastikan salah. Demikianlah cara penyebaran informasi yang salah yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Dalam beberapa artikel yang dimuat di beberapa media ternama, ditulis nama-nama orang-orang yang “berperan” dalam “lahirnya Sumpah Pemuda,” hanya satu nama yang ikut berperan dalam Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I, yaitu Muhammad Yamin. Bahkan dalam satu artikel, ditulis nama orang-orang yang sama-sekali tidak ada perannya dalam Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia II, apalagi dalam “melahirkan Sumpah Pemuda.” Beberapa nama yang ditulis hanya merupakan tamu yang samasekali tidak ikut berbicara, apalagi berperan. Belakangan ini dimunculkan beberapa nama pemuda bangsa Cina, seolah-olah pemuda-pemuda bangsa Cina ikut berperan dalam “Sumpah Pemuda” yang tidak pernah ada. Juga tidak tidak dijelaskan mereka mewakili organisasi pemuda mana, karena peserta Kongres Pemuda II adalah 9 organisasi pemuda pribumi. Bangsa Cina dan bangsa Arab pada waktu itu baru menikmati status sosial sebagai penduduk kelas dua, di atas status sosial pribumi. Yang paling janggal adalah, pedagang bangsa Cina yang menyewakangedung tempat penyelenggaraan acara, juga ditulis sebagai “tokoh” yang berperan dalam “lahirnya Sumpah Pemuda.” Dia bukan pemilik gedung, melainkan hanya pemegang HGB Hak Guna Bangunan, yang menyewakan gedungnyamenjadi tempat kos dan pertemuan para pemuda pribumi. Setelah masa berlakuknya HGB habis, gedung tersebut diambil kembali oleh Pemda DKI dan kemudian dijadikan Museum Sumpah Pemuda. Jadi gedung tersebut disewa, bukan digunakan secara gratis. Sudah waktunya lembaga-lembaga yang berwenang untuk penulisan-penulisan sejarah, terutama untuk buku-buku pelajaran mengenai sejarah di sekolah-sekolah, melakukan penelitian ulang dan menulis baru, bukan sekadar revisi tulisan lama, agar generasi mendatang tidak lagi membaca sejarah yang salah. Jakarta, 28 Oktober
. 213 302 249 170 150 337 178 0